AKTUALISASI NILAI KETAATAN KEPADA DOSEN BAGI MAHASISWA UNISSULA
Waktu Pelaksanaan : 22 March 2024 - 22 March 2024
AKTUALISASI NILAI KETAATAN KEPADA DOSEN BAGI MAHASISWA UNISSULA
Oleh: Dr. Sugeng Hariyadi, Lc., MA.
Taat kepada dosen bukan berarti hanya mendengarkan ucapannya saja. Bukan pula hanya mengeksekusi perintahnya semata atau meninggalkan larangannya. Ketaatan seorang mahasiswa terhadap dosennya harus didasari kesadaran yang dalam terhadap nilai-nilai positif yang terkandung dalam segala proses pendidikan yang ia jalani bersama dosennya. Agar kesadaran itu tumbuh dengan baik, maka nilai ketaatan itu harus dibarengi dengan pandangan dan prilaku kritis, logis, dan konstruktif, sehingga muncul keterbukaan antara mahasiswa dengan dosen yang mengantarkan pada suasana keakraban, tanpa ada rasa sungkan yang berlebihan ataupun keangkuhan pada masing-masing pihak.
Ketaatan mahasiswa terhadap dosen ialah sikap senantiasa menyimak dengan baik dan melaksanakan nasihat dosen dalam kebaikan, baik dalam melalui hidup secara umum maupun dalam belajar secara khusus. Tentunya, seorang dosen tidak mungkin menasihati mahasiswanya untuk melakukan seuatu keburukan, namun tidak dapat dipungkiri bahwa terkadang mahasiswa atau dosen itu sendiri meragukan bentuk-bentuk kebaikan, hanya karena terpengaruh oleh fanatisme buta terhadap suatu aliran atau sekterian. Selain itu, sebagian mahasiswa memandang bahwa tugas dosen hanya berhenti sampai pada pemberian nilai mata kuliah atau menyampaikan materi pembelajaran di ruang kelas. Adapun sebagai motivator dan konsultan dalam kehidupan sehari-hari jauh dari persepsi mereka.
Hal itu perlu diluruskan dengan pendekatan bahwa hubungan dosen dengan mahasiswa tidak hanya di kelas atau berkaitan dengan mata kuliah. Mahasiswa perlu menyadari betapa dirinya sangat membutuhkan orang tua yang dapat dipercaya untuk mencurahkan segala persoalan yang sedang atau akan dihadapi demi masa depan yang lebih cerah, apalagi dalam konteks perkembangan era digital dan informasi yang terus menunjukkan gelombang tantangan yang dahsyat. Ketaatan mahasiswa terhadap dosen merupakan prasyarat penting dalam menciptakan lingkungan akademik yang produktif dan harmonis. Dalam konteks pembelajaran di institusi pendidikan tinggi, ketaatan ini mencakup sikap patuh, menghormati, dan mengikuti arahan serta aturan yang diberikan oleh dosen. Aktualisasi nilai ketaatan ini menjadi landasan bagi tercapainya tujuan pembelajaran yang optimal. [3]
Aktualisasi nilai sebagai sebuah upaya penanaman nilai luhur ketaatan, dari kesadaran hingga implementasi sikap dan prilaku merupakan sebuah kelaziman bagi sebuah lembaga pendidikan tinggi Islam, seperti UNISSULA. Lembaga wajib menciptakan islamic learing society yang didukung oleh seluruh unsur civitas akademika kampus dalam rangka mengintegrasikan satu nilai dengan nilai yang lain. Di antara variabel yang dapat diwujudkan dalam kerangka integrasi tersebut adalah keseimbangan antara hak dan kewajiban setiap pihak. Ketika mahasiswa dituntut untuk taat terhadap dosen, maka di sisi lain dosen juga dituntut untuk membangun sikap kritis, logis, dan konstruktif.
Untuk merealisaskan aktualisasi terseut, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar nilai ketaatan mahasiswa itu dapat tertanam dengan baik, yaitu sebagai berikut:
- Kualitas interaksi antara dosen dan mahasiswa
Kualitas interaksi antara dosen dan mahasiswa memainkan peran kunci dalam aktualisasi nilai ketaatan. Interaksi yang positif, inklusif, dan saling menghargai akan mendorong mahasiswa untuk lebih patuh terhadap dosen.
- Etos pembelajaran
Budaya pembelajaran yang ditanamkan di lingkungan akademik akan memengaruhi perilaku ketaatan mahasiswa. Budaya yang menekankan pentingnya ketaatan terhadap otoritas akademik akan mendorong mahasiswa untuk lebih patuh.
- Penghargaan dan hukuman
Sistem penghargaan dan hukuman yang diterapkan oleh dosen dapat memengaruhi tingkat ketaatan mahasiswa. Penghargaan dapat berupa pujian, bonus, atau pengakuan atas prestasi, sedangkan hukuman dapat berupa penurunan nilai atau sanksi lainnya.
- Pentingnya materi pembelajaran
Ketaatan mahasiswa juga dipengaruhi oleh persepsi mereka terhadap pentingnya materi pembelajaran. Mahasiswa cenderung lebih patuh jika mereka menyadari nilai dan relevansi dari materi yang diajarkan oleh dosen.
Dari segi manfaat, implikasi pentingnya aktualisasi nilai ketaatan mahasiswa terhadap dosen di lingkup perguruan tinggi dalam bermanfaat sebagai berikut:
- Meningkatkan efektivitas pembelajaran
Ketaatan mahasiswa terhadap dosen dapat meningkatkan efektivitas proses pembelajaran dengan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertukaran ide dan pengetahuan.
- Membangun hubungan yang harmonis
Ketaatan yang diperlihatkan oleh mahasiswa dapat membantu membangun hubungan yang harmonis antara dosen dan mahasiswa, menciptakan atmosfer belajar yang nyaman dan terbuka.
- Mendorong tanggung jawab pribadi
Aktualisasi nilai ketaatan ini juga dapat mendorong mahasiswa untuk mengembangkan tanggung jawab pribadi terhadap pembelajaran dan karir akademik mereka.
Dalam rangka menunjukkan variabel keseimbangan tersebut, maka perlu dirumuskan beberapa indikator yang mencerminkan nilai-nilai ketaat mahasiswa terhadap dosen. Berikut beberapa tawaran indikator tersebut:
-
- Menyimak dengan baik nasihat dosen.
- Tidak memotong pembicaraan dosen.
- Melaksanakan perintah dosen dalam kebaikan.
- Tidak menaati perintah dosen dalam kemaksiatan.
- Menjaga perintah pribadi dosen yang bersifat privasi
- Menjauhi larangan dosen.
Konsep aktualisasi nilai ketaatan tersebut dirumuskan dengan merujuk kepada petunjuk firman-firman Allah Swt. dalam al-Qur`n dan Hadits Nabi Muhammad Saw. serta mutiara-mutiara penjelasan para ulama dan pakar pendidikan.
Allah SWT. berfirman:
“Kami mewasiatkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. (Wasiat Kami,) “Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu.” Hanya kepada-Ku (kamu) Kembali. Jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan-Ku dengan sesuatu yang engkau tidak punya ilmu tentang itu, janganlah patuhi keduanya, (tetapi) pergaulilah keduanya di dunia dengan baik dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian, hanya kepada-Ku kamu kembali, lalu Aku beri tahukan kepadamu apa yang biasa kamu kerjakan”. (QS. Luqman: 14-15)
Maksud berwasiat dalam firman Allah tersebut mengandung arti perintah untuk berbakti dengan sebaik mungkin. Maka, tidak heran jika arti yang disebutkan ditambahkan maksud ‘agar berbuat baik’. Perbuatan baik ini meliputi bersyukur kepada Allah Swt. atas karunia nikmat-Nya yang tak terhitung, termasuk kedua orang tua, diikuti dengan rasa syukur kepada orang tua dalam ungkapan terima kasih, baik ucapan maupun prilaku, dibarengi dengan ketaatan kepada keduanya dalam kebaikan, bukan dalam keburukan, seperti berbuat syirik. Dan selanjutnya adalah membersamai keduanya dalam kehidupan dunia dengan pergaulan yang baik, meskipun keduanya berbuat buruk, seperti dosa syirik. Hal lain yang disebutkan dalam firman itu yang mempengaruhi ketaatan seorang anak kepada orang tuanya adalah pergaulan yang baik, seperti yang disebutkan dalam firman-Nya ‘Dan ikutilah jalan orang-orang yang kembali ke jalan-Ku’.
Dalam konteks ketaatan mahasiswa terhadap dosen perlu dipahami bahwa nilai ketaatan yang hakiki itu tidak akan tertanam dalam diri mahasiswa kecuali jika ia benar-benar yakin bahwa apa yang ia akan laksanakan dari nasihat dosen adalah kebenaran dan kebaikan. Karena, jika apa yang diperintahkan berupa keburukan dan kesalahan, maka tidak mungkin hatinya akan tenang dalam melakukannya, seperti yang disebutkan dalam Hadits Nabi Muhammad Saw. :
“Kebaikan itu adalah sesuatu yang menjadikan jiwa tenang dan hati merasa tentram. Sedangkan keburukan itu adalah sesuatu yang tidak dapat menjadikan jiwa tenang dan hati yang tentram, meskipun hasil sebuah fatwa”. (HR. Ahmad)
Rasulullah Saw. menjadikan berbakti kepada orang tua sebagai salah satu amal terbaik setelah shalat pada waktunya, dan sebelum berjihad di jalan Allah Swt. Hal itu bukan hanya karena berbakti itu baik, namun karena dalam akhlak ini terdapat nilai-nilai yang tumbuh atas dasar kesadaran dan keikhlasan, seperti ketaatan seorang anak kepada orang tua. Dan setiap amal yang didasari dengan kesadaran dan keikhlasan bernilai sangat mahal dan mulia. Rasulullah Saw. bersabda:
Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud RA., ia berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah Saw: “Amal apa yang paling dicintai Allah ‘Azza Wa Jalla?”. Nabi SAW. bersabda: “Shalat pada waktunya”. Ibnu Mas’ud bertanya lagi: “Lalu apa lagi?”. Nabi SAW. menjawab: “Lalu birrul walidain”. Ibnu Mas’ud bertanya lagi: “Lalu apa lagi?”. Nabi SAW. menjawab: “Jihad fi sabilillah”. Demikian yang beliau katakan, andai aku bertanya lagi, pasti beliau akan menambahkan lagi”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Ketaatan kepada orang tua yang dibangun atas dasar keikhlasan adalah sebuah kelaziman, sebagai salah satu wujud syukur dan terima kasih seorang anak kepada orang tua yang telah melaksanakan amanah mengandung hingga mengasuh dengan penuh keikhlasan atas dasar kasih sayang. Imam Dzahabi berkata: “Ibumu telah mengandungmu di dalam perutnya selama sembilan bulan seolah-olah sembilan tahun. Dia bersusah payah ketika melahirkanmu yang hampir saja menghilangkan nyawanya. Dan dia telah menyusuimu, dan ia hilangkan rasa kantuknya karena menjagamu”.
Maka, jika seorang dosen telah melaksanakan amanah pendidikannya terhadap mahasiswa dengan penuh keikhlasan dan ketulusan, maka balasan terbaik baik dari seorang mahasiswa adalah ketataannya yang juga tulus berdasarkan kesadaran yang dibangun karena nalar yang kritis, logis, dan konstruktif.
1. Imam Ghazali. Ihya Ulumiddin. Darul Ma’rifah: Beirut.
2. Ibnu Jama`ah. Tadzkiratu as-Sami’ wal Mutakallim fi Adabil al-‘Alim wal Mut’allim. Darul Basyair al-Islamiyyah.
3. Sarjuni dkk . Pendidikan Agama Islam dalam Bingkai Budaya Akademik Islami (BUDAI). Zainus Publisher. Cirebon. 2023.
4. Ummi Muzayyanah. Nilai-Nilai Ketaatan Kepada Guru Dalam Kitab Adabul ‘Alim Wal Muta’allim Relevansinya Dengan Pembentukan Kepribadian Peserta Didik. Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Ponorogo 2021. http://etheses.iainponorogo.ac.id/17910/1/210617173_UMI%20MUZAYYANAH_SKRIPSI_SKRIPSI.pdf
5. Ad-Dzahabi. Al-Kabâ`ir. Beirut: Darun Nadwah al-Jadidah.